Obat Mujarab Untuk Move-On
Obat
Mujarab Untuk Move-On
Siapa yang tidak pernah gagal ?
Setiap
orang pasti pernah mengalami kegagalan di rentang masa hidupnya, baik dalam
bidang akademik, karier maupun masalah percintaan. Kegagalan adalah hal yang
wajar dialami manusia, dari kegagalan kita akan menjadi lebih kuat dari
sebelumnya. Namun, ada dua kemungkinan yang akan terjadi bila kegagalan
menghampiri diri kita, kita jatuh dan mengalami frustasi atau kita akan bangkit
dari keterpurukan tersebut, hal tersebut juga sangat berkaitan dengan kepercayaan
kita terhadap kemampuan diri dalam menghadapi masalah-masalah yang ada. Oleh
karena itu kita harus percaya pada diri kita sendiri, bahwa kita pasti bisa
melewati semuanya. Kepercayaan kepada diri sendiri akan kemampuannya dalam
menghadapi tantangan-tantangan hidup ini di sebut efikasi diri. Bandura
mendefinisikan efikasi diri atau self-efficacy sebagai keyakinan manusia
pada kemampuannya untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi
diri mereka dan kejadian-kejadian di lingkungannya (Feist & Gregory,
2008). Seseorang yang memiliki efikasi
diri yang tinggi memiliki potensi untuk mengubah kejadian di sekitarnya dan
lebih dekat pada kesuksesan daripada seseorang yang memiliki efikasi diri
rendah. Begitupun dengan Move-On (bangkit dari keterpurukan), seseorang yang
memiliki efikasi diri yang tinggi akan cenderung lebih mudah bangkit
dari kegagalan dan mampu menerima kekecewaan yang ia hadapi dibandingkan dengan
orang yang memiliki efikasi diri yang rendah.
Stanford
University, Albert Bandura (1997, 2000, 2008) menangkap kekuatan berpikir
positif dalam penelitiannya dan teori tentang efikasi diri. Believe in our
own competence and effectiveness pays dividend (Bandura & lain, 1999;
Maddux dan Gosselin, 2003). Anak-anak dan orang dewasa dengan perasaan
efikasi diri yang tinggi akan lebih gigih, kurang cemas, dan kurang tertekan.
Mereka juga hidup sehat dan lebih sukses dalam akademis. (Myers, 2010)
Efikasi
diri menuntun kita untuk menetapkan tujuan yang menantang dalam kehidupan
sehari-hari,. Lebih dari seratus studi menunjukkan bahwa efikasi diri
memprediksi
produktivitas pekerja (Stajkovic & Luthans, 1998). Ketika masalah muncul,
rasa efikasi diri yang kuat mengarahkan pekerja untuk tetap tenang dan mencari
solusi daripada merenungkan kekurangan mereka
Dalam
kajian psikologi pendidikan, keberadaan efikasi diri ini sangat penting.
Efikasi diri yang kuat mendorong siswa untuk tetap maju dalam mencapai
tujuannya. Meski mengalami kegagalan, dengan efikasi diri yang tinggi akan
dapat mendorong siswa untuk tidak mudah menyerah. Daniel Cervone dan Lawrence
A. Pervin (2012: 256) berpendapat bahwa efikasi diri mempengaruhi bagaimana
orang mengatasi kekecewaan dan tekanan dalam mencapai tujuan hidupnya. Siswa dengan
efikasi diri yang tinggi tentu lebih mampu menerima kekecewaan akan
kegagalannya dan berusaha bangkit untuk meraihnya kembali. Dale Schunk
berpendapat bahwa efikasi diri mempengaruhi aktivitas siswa. Siswa dengan
efikasi diri yang rendah akan menghindari berbagai tugas belajar, terutama
tugas yang sulit baginya. Jika siswa tidak dapat mengerjakan tugas tersebut,
mereka akan mencari berbagai cara walaupun dengan perbuatan curang (Santrock,
2007: 265)
Dari jurnal Self-efficacy as the moderator: Exploring driving factors
of perceived social support for mainland Chinese students in Taiwan. Tes dari variabel
moderasi "self-efficacy" melaporkan bahwa identifikasi afektif
sangat penting bagi mahasiswa di daratan China untuk merasakan dukungan sosial
bahkan jika mereka memiliki tingkat tinggi efikasi diri, dan memaparkan bahwa
siswa dengan tingkat efikasi diri yang lebih tinggi dapat mengerahkan upaya
untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial.
Dalam sebuah studi mengenai efikasi diri, dukungan sosial
keluarga dan self-regulated learning pada siswa kelas VIII oleh Nobelina
Adicondro dan Alfi Purnamasari tahun 2011 salah satu hasilnya menyatakan bahwa
semakin tinggi efikasi diri maka semakin tinggi self-regulated learning.
Penelitain lain yaitu “Hubungan antara self-efficacy dengan penyesuaian
akademik dan prestasi akademik” pada mahasiswa FIP UNS oleh Hadi Warsito pada
tahun 2009 menjelaskan bahwa dengan keyakinan yang tinggi akan
kemampuan dirinya untuk mengatasi suatu situasi, dan berusaha keras, tidak
mudah menyerah dengan rintangan yang ada, mahasiswa akan dapat mencapai
prestasi akademik yang tinggi pula. Menurut bandura(1997:79), efikasi diri
dibangun dari empat sumber prinsip informasi, yaitu
1.
Mastery experience
sebagai
indikator dari kemampuan diri. Hasil yang dicapai oleh individu melalui
pengalaman sebelumnya merupakan sumber informasi yang penting karena
berhubungan langsung dengan pengalaman pribadi seseorang.
2.
Vicarious
experience yang menjadi transmisi kompetensi dan perbandingan
dengan orang lain. Pada konteks ini terjadi proses modeling yang juga dapat
menjadi hal efektif untuk meningkatkan efikasi diri seseorang. Pada saat
seseorang melihat orang lain yang memiliki kemampuan yang sama dengan dirinya dan
berhasil melakukan suatu tugas, maka pengalaman tersebut dapat meningkatkan
efikasi dirinya.
3.
Social Persuasion
adalah penguatan yang didapat dari orang lain bahwa seseorang mempunya
kemampuan untuk meraih apa yang ingin dilakukannya. Seseorang yang menghadapi
kesulitan dalam tugasnya akan memiliki efikasi diri yang meningkat ketika ada
seseorang yang meyakinkannya bahwa ia mampu menghadapi tuntutan tugas tersebut
dan akan mengerahkan usahanya lebih besar.
4.
Psychological and
affective state. Keadan fisik seseorang berpengaruh
terhadap kinerja seseorang dalam menyelesaikan tugas tertentu, begitu juga
dengan mood juga mempengaruhi pendapat seseorang terhadap efikasi diri.
Efikasi diri dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kesehatan fisik,
mengurangi tingkat stress dan kecenderungan emosi negatif.
Efikasi
diri berpengaruh terhadapi tindakan manusia. Bandura (1997:116) menjelaskan
bahwa efikasi diri mempunyai efek pada perilaku manusia melalui empat proses
yaitu :
1.
Proses kognitif,
tindakan manusia berawal dari konstruk di dalam pikirannya. Pemilikiran ini
kemudian memberikan arahan untuk berperilaku dan efikasi diri ini mempengaruhi
bagaimana seseorang manafsirkan lingkungan. Seseorang yang
menilai bahwa dirinya
tidak mampu melakukan hal tersebut, maka akan menafsirkan situasi tersebut
sebagai hal yang penuh resiko dan cenderung gagal dalam membuat perencanaan.
2.
Proses motivasi,
melalui kognitif yang kita miliki, seseorang memotivasi dirinya dengan
mengarahkan tindakannya berdasarkan keyakinan mengenai apa yang dapat
dilakukan, dihindari, dan tujuan yang dapat dicapai. Keyakinan ini akan
memotivasi individu untuk melakukan suatu hal.
3.
Proses afeksi,
seseorang yang percaya bahwa dirinya dapat mengatasi situasi akan merasa tenang
dan tidak cemas.
4.
Proses seleksi.
Pilihan (selection) dipengaruhi oleh keyakinan seseorang akan
kemampuannya (efficacy). Seseorang yang memiliki efikasi diri rendah
akan memilih tindakan untuk menghindari atau menyerah pada suatu tugas yang
melebihi kemampuannya, dan sebaliknya
Efikasi
diri ini juga sangat berhubungan dengan Lobus of Control yaitu derajat sejauh mana orang yakin bahwa keberhasilan
atau kegagalan mereka berkaitan dengan kontrol internal berupa usaha sendiri
atau kontrol eksternal berupa kesempatan, nasib atau pengaruh dari orang lain.
Maka disini usaha dan do’a sangat perlu untuk selalu kita pegang.
Dari
yang telah dipaparkan mengenai efikasi diri, ketika kita merasa tidak
berhasil dalam melaksanakan suatu tugas, seperti pada mahasiswa yang mendapat
nilai IPK yang kurang atau gagal dalam menjalin sebuah hubungan romantis dengan
lawan jenis dan hal-hal yang membuat kita stres lainnya, maka kita harus segera
berdiri kembali. Pembahasan mengenai diri atau self sebenarnya sangat
luas sekali, efikasi diri ini hanya sebagian komponen dari self-esteem
kita. Saat kita mengetahui salah satu komponen ini bisa mempengaruhi proses
kita dalam menghadapi kegagalan dan lebih mendekatkan kepada kesusksesan,
mengapa tak coba kita untuk renungkan hal ini bersama diri sendiri. Katakanlah
pada diri anda sendiri bahwa “Anda pasti bisa”. Mengambil kutipan seorang
filosof zaman dulu “hidup yang tidak
diuji adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi” (Socrates). Jadi tetaplah
bersemangat menjalani hidup yang penuh rintangan ini.
Daftar Pustaka
Adicondro, Nobelina & Purnamasari,
Alfi (2011). Dukungan sosial keluarga dan
self-regulated learning pada siswa kelas VIII. Diakses 28 November
2016 dari http://journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/viewFile/448/290
Feis J & Feis G.J. (2008). Theories
of Personality. Boston: McGraw-Hill
Liu, Ying C & Hung, Yun Y (2016, 18
Juli) Self-efficacy as the moderator: Exploring
driving factors of perceived social support for mainland Chinese students in
Taiwan. Diakses 28 November 2016 dari http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0747563216305076
Masraroh, Latifatul
(2012) Efektifitas
Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Self-Efficacy
Akademik Siswa (Studi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung). Skripsi :
tidak diterbitkan. Diakses 29 November 2016 dari http://repository.upi.edu/8660/4/t_bp_10047890_chapter2.pdf
Myers, David G. (2010).Social
Psychology Eleventh Edition. New York : Mc Graw-Hill
Warsito,
Hadi (2009) Hubungan antara self-efficacy dengan
penyesuaian akademik dan prestasi akademik (Studi kepada mahasiswa FIP
Universitas Negeri Surabaya). Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan. Diakses 28 November 2016 dari http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi/article/view/119/pdf
Komentar
Posting Komentar